Wednesday, 16 November 2016

PENDIDIKAN PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN

"PENDIDIKAN PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN"



Syukur Alhamdulillah, menyertai rangkaian kalimat ini puji syukur sepatutnya kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, meskipun jauh dari kesempurnaan. Kesempurnaan hanya milik-Nya, khilaf dan salah hanya milik penulis sebagai hamba-Nya. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpah pada junjungan Baginda Muhammad SAW, yang senantiasa dinantikan syafaatnya.






















PENDAHULUAN

Pendidikan Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist untuk membentuk manusia yang seutuhnya, yakni manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Allah SWT, dan untuk memelihara nilai-nilai kehidupan sesama manusia agar dapat menjalankan pendidikan dapat menjalankan seluruh kehidupannya, sebagaimana yang telah ditentukan Allah dan Rosulnya demi kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Pada masa Nabi, pendidikan Islam berpusat di Madinah, setelah Rosulullah wafat kekuasaan pemerintahan Islam di pegang oleh Khulafaurrosyidin. Wilayah Islam telah meluas diluar jazirah Arab para kholifah ini memusatkan perhatiannya pada pendidikan keagamaan syiar agama dan kokohnya pendidikan.
Adapun pola pendidikan yang diterapkan pada masa Khulafaurrosyidin akan dibahas secara mendalam dalam bab-bab selanjutnya

Bagaimana pola pendidikan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin?
Dimana pusat-pusat pendidikan pada masa Khulafaur Rasyidin?

Dapat mengetahui pola pendidikan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin.
Dapat mengetahui dimana pusat-pusat pendidikan pada masa Khulafaur Rasyidin.







PEMBAHASAN


Kata Khulafaur Rasyidin itu berasal dari bahasa arab yang terdiri dari kata khulafa dan rasyidin, khulafa’ itu menunjukkan banyak khalifah, bila satu di sebut khalifah, yang mempunyai arti pemimpin dalam arti orang yanng mengganti kedudukan rasullah SAW sesudah wafat melindungi agama dan siasat (politik) keduniaan agar setiap orang menepati apa yang telah ditentukan oleh batas-batanya dalam melaksanakan hukum-hukum syariat agama islam.
Adapun kata Arrasyidin itu berarti arif dan bijaksana. Jadi Khulafaur Rasyidin mempunyai arti pemimpim yang bijaksana sesudah nabi muhammad wafat. Para Khulafaur Rasyidin itu adalah pemimpin yang arif dan bijaksana. Mereka itu terdiri dari para sahabat nabi muhammad SAW yang berkualitas tinggi dan baik adapun sifat-sifat yang dimiliki Khulafaur Rasyidin sebagai berikut:
a.       Arif dan bijaksana
b.      Berilmu yang luas dan mendalam
c.       Berani bertindak
d.      Berkemauan yang keras
e.       Berwibawa
f.       Belas kasihan dan kasih sayang
g.      Berilmu agama yang amat luas serta melaksanakan hukum-hukum islam.
Para sahabat yang disebut Khulafaur Rasyidin terdiri dari empat orang khalifah yaitu:
1.         Abu bakar Shidik khalifah yang pertama (11 – 13 H = 632 – 634 M)
2.         Umar bin Khattab khalifah yang kedua (13 – 23 H = 634 – 644 M)
3.         Usman bin Affan khalifah yang ketiga (23 – 35 H = 644 – 656 M)
4.         Ali bin Abi Thalib khalifah yang keempat (35 – 40 H = 656 – 661 M)[1]


Abu Bakar memiliki nama lengkap Abu Bakar Abdullah bin Abi Quhafah bin Utsman bin Amr bin MAs’ud bin Tam bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr At-Taimi Al-Qurasyi. Sebelum memeluk agama Islam , beliau bernama Abdul ka’bah, setelah masuk Islam oleh rasulullah Namanya diganti menjadi Abdullah Ibn Abu Quhafah At – Tamimi. Ibunya bernama Ummul Khoir Salma Binti Sakhir Ibn Amir. Beliau Lahir dua tahun setelah Kelahiran Nabi Muhammad.
Abdullah kemudian digelari Abu Bakar Asy Siddiq yang artinya “ Abu (Bapak ) dan Bakar ( Pagi), gelar Ash Siddiq diberikan kepada beliau karena beliau orang senantiasa membenarkan segala tindakan Rasulullah, terutama dalam peristiwa Isra’Mi’raj.
Abu Bakar merupakan orang yang pertama kali masuk Islam ketika Islam mulai didakwahkan. Baginya, tidaklah sulit untuk mempercayai ajaran yang dibawa Muhammad SAW dikarenakan sejak kecil, ia telah mengenal keagungan Muhammad. Setelah masuk Islam, ia tidak segan untuk menumpahkan segenap jiwa dan harta bendanya untuk Islam.
Pengorbanan Abu Bakar terhadap Islam tidak dapat diragukan. Ia juga pernah ditunjuk Rasul sebagai penggantinya untuk mengimani shalat ketika Nabi sakit. Nabi Muhammad pun meninggal dunia setelah peristiwa tersebut
.
Setelah Nabi wafat, sebagai pemimpin umat Islam adalah Abu Bakar as-Shiddiq sebagai khalifah. Masa awal kekhalifahan Abu Bakar diguncang pemberontakan oleh orang-orang murtad, orang-orang yang mengaku sebagai nabi, dan orang-orang yang enggan membayar zakat. Berdasarkan hal ini Abu Bakar memusatkan perhatiannya untuk memperangi para pemberontak yang dapat mengacaukan keamanan dan mempengaruhi orang islam yang masih lemah imannya untuk menyimpang dari ajaran Islam.
Dengan demikian, dikirimlah pasukan untuk memberontak di Yamamah. Dalam penumpasan ini banyak umat islam yang gugur, yang terdiri dari sahabat dekat Rosulullah dan para khafid Al-Qur’an. Sehingga mengurangi jumlah sahabat khafidz yang hafal al-qur’an, oleh karena itu, Umar menyarankan kepada khalifah Abu bakar untuk mengumpulkan ayat-ayat al-qur’an. Kemudian untuk merealisasikan saran tersebut diutuslah Zaid bin stabit untuk mengumpulkan semua tulisan Al-Qur’an. Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada Nabi, baik dari segi materi maupun lembaga pendidikannya.
Dari segi materi pendidikan islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan.
Pendidikan keimanan yaitu, menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib disembah adalah Allah SWT.
Pendidikan akhlak, contoh : adab masuk rumah orang, sopan santun bertetangga, bergaul dalam masyarakat. Pendidikan ibadah seperti pelaksanaan sholat, puasa dan haji.
Kesehatan tentang kebersihan, gerak-gerik dalam sholat merupakan didikan untuk memperkuat jasmani dan rohani.[2]
lembaga untuk belajar membaca menulis ini disebut dengan kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid, dan pusat pembelajaran pada masa ini adalah di Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah sahabat rosul yang terdekat, lembaga pendidikan Islam adalah masjid, masjid dijadikan sebagai benteng pertahanan rohani, tempat pertemuan dan lembaga pendidikan Islam, sebagai sholat berjamaah, membaca Al-Qur’an, dan lain sebagainya.1

Umar ibn Al-Khattab memiliki nama lengkap Umar bin Khatthab bin Nufail bin Abd Al-Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin Razail bin 'adi bin KA'ab bin Lu'ay. Ayahnya bernama Nufail Al Quraisy dan Ibunya bernama Hantamah Binti Hasim. Beliau berasal dari bani Adiy. Dimasa Jahiliyah Umar adalah seorang saudagar yang berpengaruh mulia dan berkedudukan tinggi.
Masuknya Umar ke barisan Umat islam telah membawa perubahan baru bagi masyarakat Islam.umat Islam berani menjalankan Sholat dirumahnya masing – masing. Tidak takut menghadapi kaum Quraisy.
Umar Ibn Khattab diangkat menjadi Khalifah setelah wafatnya khalifah abu baker ,Yaitu tahun 634 M- 644/13 H-23 H Peranan Umar dalam sejarah Islam masa permulaan merupakan yang paling menonjol karena perluasan wilayah, disamping kebijakan-kebijakan politiknya yang lain. Adanya penaklukan besar-besaran pada masa pemerintahan Umar merupakan fakta yang diakui kebenaranya oleh para sejarahwan. Bahkan, ada yang mengatakan kalau tidak karena penaklukan-penaklukan yang dilakukan pada masa Umar, Islam belum tentu akan tersebar seperti
sekarang ini.
       Sesaat sebelu Abu Bakar mennggal, beliau menunjuk Umar sebagai penggantinya setelah dimusyawarahkan dengan para sahabat lainnya.Pada masa Khalifah Umar bin Khattab,kondisi politikdalam keadaan stabil, usaha perluasan wilayah Islam memperoleh hasil yang gemilang. Wilayah Islam pada masa Khalifah Umar meliputi Semenanjung Arabia, palestina, Syiria, Irak,Persia, dan Mesir.
Dengan meluasnya wilayah Islam mengakibatkan meluasnya pula kehidupan dalam segala bidang. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan manusia yang memiliki kererampilan dan keahlian, sehingga dalam hal ini diperlukan pendidikan.
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, sahabat – sahabat yang sangat berpengaruh tidak boleh keluar daerah kecuali atas izindari khalifah dan dalam kurun waktu yang terbatas. Jadi, kalau ada diantara umat Islam yang ingin belajar hadis harus pergi ke madinah, ini berarti bahwa penyebarab ilmu dan pengetahuan para sahabat dan tempat pendidfikan adalah terpusat di Madinah
Dengan meluasnya Islam sampai ke jazirah Arab, tampaknya khalifah memikirkan pendidikan Islam di daerah – daerah yang baru di taklukkan. Untuk itu, Umar bin Khattab memerintahkan para panglima perangnya, apabila mereka berhasil menguasai satu kota, hendaknya mereka mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan.
Berkaitan dengan masalah pendidikan ini,khalifah Umar bin Khattab merupakan seorang pendidik melakukan pernyuluhan pendidikan dikota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di masji- masjid dan pasar – pasar, serta mengangkat dan menunjuk guru –guru untuk tiap – tiap daerahyang ditaklukkan itu, mereka bertugas mengajarkan isin Al-Qur’an dan ajaran Islam lainnya seperti Fikih, kepada penduduk yang baru masuk Islam.
Diantara sahabat – sahabat yang ditunjuk oleh Umar bin Khattab ke daerah adalah Abdurahman bin Ma’qaal dan Imran bin Hshim. Kedua orang ini ditempatkan di Basyrah. Abdurrahman bin Ghanam dikirim ke Syiria dan Hasan bin Abi Jabalah dikirim ke Mesir. Adapun metode yang mereka pakai adalah guru duduk dihalaman masjid sedangkan murid melingkarinya.
Jadi dalam masa Khalifah Umar bin Khattabyang menjadi pendidik adalah Umar dan para sahabat – sahabat besar yang lebih dekat kepada Rasulullah dan memiliki pengaruh yang besar, sedangkan pusat pendidikannya selain di Madinah juga di Mesir, Syiria dan Basyrah.
Dengan meluasnya kekuasaan Islam, mendorong kegiatan pendidikan Islam bertambah besar, karena mereka yang baru masuk Islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabat- sahabat yang menerima langsung dari Nabi. Pada masa ini telah terjadi mobilitas penuntut ilmu dari daerah – daerah yang jauh dari Madinah, sebagai pusat agama Islam.
Pada masa khalifah Umar bin Khattab, mata pelajaran yang diajarkan adalah membaca dan menulis Al- Qur’an dan menghafalnya serta belajar pokok –pokok agama Islam. Pendidikan pada masa ini lebih maju dibandingkan sebelumnya. Pada masa ini tuntutan untuk belajar bahasa Arab, juga sudah mulai tampak, orang yang baru masuk Islam dari daerah yang ditaklukkan harus belajar bahasa Arab, jika ingin belajar dan memahami pengetahuan Islam. Oleh karena itu, pada masa ini sudah ada pengajaran bahasa Arab.
Pada masa ini, pelaksanaan pendidikan lebih maju karena selama pemerintahan Umar Negara berada dalam keadaan stabil dan aman, hal ini disebabkan telah ditetapkannya masjid sebagai pusat pendidikan , juga telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan Islam diberbagai kota dengan materi yang dikembangkan, baik dari segi ilmu bahasa, menulis, dan pokok –pokok ilmu lainnya.
Pendidikannya dikelola dibawah pengaturan gubruryang berkuasa saat itu, serta diirigi kemajuan di berbagai bidang, seperti jawatan pos, kepolisian, baitulmal, dan lain sebainya. Sedangkan sumber gaji para pendidik pada waktu itu diambilkan dari daerah yang ditaklukkan dan dari baitulmall.

Utsman bin Affan memiliki nama lengkap Utsman bin Affan bin Abi Al-Ash bin Umayyah bin Abd Al-Manaf dari Quraisy. Usman bin Affan lahir pada 574 Masehi dari golongan Bani Umayyah. Nama ibu beliau adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. Beliau masuk Islam atas ajakan Abu Bakar dan termasuk golongan Assabiqunal Awwalun (golongan yang pertama-tama masuk Islam).
Rasulullah Saw sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi yang paling jujur dan rendah hati diantara kaum muslimin. Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Aisyah bertanya kepada Rasulullah Saw, ‘Abu Bakar masuk tapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus, lalu Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian, mengapa?’ Rasullullah menjawab, “Apakah aku tidak malu terhadap orang yang malaikat saja malu kepadanya?”Pada saat seruan hijrah pertama oleh Rasullullah Saw ke Habbasyiah karena meningkatnya tekanan kaum Quraisy terhadap umat Islam, Utsman bersama istri dan kaum muslimin lainnya memenuhi seruan tersebut dan hijrah ke Habbasyiah hingga tekanan dari kaum Quraisy reda. Tak lama tinggal di Mekah, Utsman mengikuti Nabi Muhammad Saw untuk hijrah ke Madinah. Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di Ka’bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah.
Usman bin Affan adalah termasuk saudagar besar dan kaya juga sangat pemurah menafkahkan hartanya untuk kepentingan ummat Islam. Usman diangkat menjadi khalifah hasil dari pemilihan panitia enam ( Usman, Ali bin Abi Thalib, Thalhah,Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqash, dan Abdurrahman bin Auf.) yang ditunjukoleh khalifah Umar bin Khattab menjelang beliau akan meninggal. 3
Pada masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan pendidikan tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan dimasa ini hanya melanjutkan apa yang telah ada, namun hanya sedikit terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan Islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rosulullah yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah dimasa khalifah Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar dan menetap di daerah – daerah yang mereka sukai. Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah – daerah.
Proses pelaksanaan pola pendidikan pada masa Usman ini lebih ringan dan lebih mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar Islam. Dari segi pusat pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa ini para bisa memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat.
Khalifah Usman sudah merasa cukuip dengan pendidikan yang sudah berjalan, namun begitu ada usaha yang cemerlang yang telah terjadi dimasa ini yang berpengaruh luar biasa bagi pendidikan Islam yaitu untuk mengumpulkan tulisan ayat- ayat Al-Qur’an. Penyalinan ini terjadi karena perselisihan dalam bacaan Al-Qur’an. Berdasarkan hal ini, khalifah Usman memerintahkan kepada tim untuk penyalinan tersebut, adapun timnya adalah: Zaid bin Tsabit,Abdullah bin Zubair, Zaid binAsh, dan Abdurrahman bin Harist.
Apabila terjadi pertikaian bacaan, maka harus diambil pedoman kepada dialek suku Quraisy, sebab al- Qur’an sebab Al- Qur’an ini diturunkan menurut dialek mereka sesuai dengan lisan Quraisy. Sementara Zaid bin Tsabit bukan orang Quraisy sedangkan ketiga tim lainnya adalah orang Quraisy.
Pada masa Khalifah Usman bin Affan, tugas mendidik dan mengajar umat diserahkan pada ummat itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat guru- guru. Jadi para pendidik tersebut dalammelaksanakan tugasnya hanya mengharapkan keridhaan Allah semata.Adapun objek pendidikan pada masa itu terdiri dari:
·         Orang dewasa dan atau orang tua yang baru masuk Islam
·         Anak – anak, baik orang tuanya telah lama memeluk Islam ataupun yang baru memeluk Islam
·         Orang dewasa dan atau orang tua yang telah lama memeluk Islam
·         Orang yang mengkhususkan dirinya menuntut ilmu agama secara luas dan mendalam
Dari ke empat golongan terdidik tersebut, pelaksanaan pendidikan dan pengajaran tidak mungkin dilakukan dengan cara menyamaratakan tetapi harus diadakan pengklasifikasian yang rapid an sistematis, disesuaikan dengan kemampuan dan kesanggupan dari peserta didiknya. Adapun metode yang digunakan adalah:
·         Golongan pertama menggunakan metode ceramah, hafalan, dan latihan dengan mengemukakan contoh – contoh dan peragaan.
·         Golongan kedua menggunakan metode hafalan dan latihan
·         Golongan ketiga menggunakan metode diskusi, ceramah, hafalan, tanya jawab
·         Golongan keempat menggunakan metode ceramah, hafalan Tanya jawab, dan diskusi serta sedikit hafalan. Pendidikan dan pengajaran pada golongan ini lebih bersifat pematangan (dan pendalaman
·         Mata pelajaran yang di berikan disesuaikan dengan kebutuhan terdidik dengan urutan mendahulukan pengetahuan yang sangat mendesak / penting untuk dijadikan pedoman dan pegangan hidup beragama.
Ada 3 fase dalam pendidikan dan pengajarannya:
1)      fase pembinaan ; dimaksudkan untuk memberikan kesempatan agar terdidik memperoleh kemantapan iman
2)      Fase pendidikan : ditekankan pada ilmu- ilmu praktis dengan maksud agar mereka dapat segera mengamalkan ajaran dan tuntunan agama dengan sebaik- baiknya dalam kehidupan sehari- hari
3)      Fase pelajaran : ada pelajaran –pelajaran lain yang diberikan untuk penunjang pemahaman terhadap Al-Quran dan Hadits, seperti bahasa Arab dengan tata bahasanya, menulis, membaca,syair dan peribahasa.4

Pendidikan pada masa khalifah Usman ini tidak banyak terjadi perkembangan, jika dibandingkan pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Hal ini disebabkan pada masa khalifah Usman urusan pendidikan diserahkan begitu saja pada rakyat. Dari segi pemerintahan khalifah Usman banyak timbul pergolakan dalam masyarakat sebagai akibat ketidaksenangan mereka terhadap kebijakan khalifah Usman yang mengangkat kerabatnya dalam jabatan pemerintahan

Ali bin Abi Thalib adalah orang yang paling awal memeluk agama Islam (assabiqunal awwalun), sepupu Rasullullah Saw., dan juga khalifah terakhir dalam kekhalifahan Kulafaur Rasyidin menurut pandangan Sunni. Namun bagi Islam Syiah, Ali adalah khalifah pertama dan juga imam pertama dari 12 imam Syiah. Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 600 Masehi. Beliau bernama asli Haydar bin Abu Thalib. Namun Rasullullah Saw. tidak menyukainya dan memanggilnya Ali yang berarti memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah
Ketika Rasullullah Saw. mulai menyebarkan Islam, Ali saat itu berusia 10 tahun. Namun ia mempercayai Rasullullah Saw. dan menjadi orang yang pertama masuk Islam dari golongan anak-anak. Masa remajanya banyak dihabiskan untuk belajar bersama Rasullullah sehingga Ali tumbuh menjadi pemuda cerdas, berani, dan bijak. Jika Rasullullah Saw. adalah gudang ilmu, maka Ali ibarat kunci untuk membuka gudang tersebut. Saat Rasullullah Saw. hijrah, beliau menggantikan Rasullullah tidur di tempat tidurnya sehingga orang-orang Quraisy yang hendak membunuh Nabi terpedaya. Setelah masa hijrah dan tinggal di Madinah, Ali dinikahkan Nabi dengan putri kesayangannya Fatimah az-Zahra.Ali tidak hanya tumbuh menjadi pemuda cerdas, namun juga berani dalam medan perang. Bersama Dzulfikar, pedangnya, Ali banyak berjasa membawa kemenangan di berbagai medan perang seperti Perang Badar, Perang Khandaq, dan Perang Khaibar.
Ali adalah khalifah yang keempat setelah Usman bin Affan. Pada masa pemerintahannya sudah diguncang peperangan dengan Aisyah ( istri Nabi) beserta Talhah dan Abdullah bin Zubair karena kesalahfahaman dalam menyikapi pembunuhan terhadap Usman,peperangan diantara mereka di sebut perang Jamal ( unta ) karena Aisyah menggunakan kendaraan unta. Setelah berhasil mengatasi pemberontakan Aisyah, muncul pemberontakan lain, sehingga masa kekuasaan khalifah Ali tidak pernah mendapatkan ketenangan dan kedamaian.
Muawiyah sebagai gubernur di Damaskus memberontak untuk menggulingkan kekuasaannya. Peperangan ini disebut perang Shiffin, karena terjadi di Shiffin. Ketika tentara Muawiyah terdesak oleh pasukan Ali, maka Muawiyah segera mengambil siasat untuk menyatakan tahkim ( penyelesaian secara adil dan damai ). Semula Ali menolak, tetapi karena desakan dari beberapa tentaranya akhirnya Ali menerimanya, namun tahkim malah menimbulkan kekacauan, sebab Muawiyah curang, dengan tahkim tersebut, Muawiyah berhasil mengalahkan Ali dan mendirikan pemerintahan tandingan di Damaskus. Sementara itu, sebagian tentara yang menentang keputusan Alidengan cara tahkim , meninggalkan Ali dan membuat kelompok tersendiri yaitu khawarij.
Pada masa khalifah Ali ini terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa ini, kegiatan pendidikan Islam mendapat hambatan dan gangguan. Pada saat itu khalifah Ali bin Abi Thalib tidak lagi memikirkan masaalah pendidikan karena seluruh perhatiannya ditumpahkan pada pada masalah keamanan dan kedamaian bagi masyarakat Islam. Dengan demikian masalah pola pendidikan pada masa Khulafaur Rasyidin tidak jauh berbeda dengan masa Nabi yang menekan pada pengajaran baca tulis dan ajaran –ajaran Islam yang bersumber pada Al- Qur’an dan Hadits Nabi.
Pusat – Pusat Pendidikan Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Pusat-pusat pendidikan pada masa Khulafaur rasyidin antara lain:
1)      Mekkah. Gurupertama di Mekkah adalah Muaz bin Jabbal yang mengajarkan Al-Qur’an dan Fikih
2)      Madinah. Sahabat yang terkenal antara lain Abu Bakar, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan sahabat- sahabat lainnya.
3)      Basrah. Sahabat yang termasyhurantara lain Abu Musa Al Asy’ari, seorang ahli fikih dan Al-Qur’an
4)      Kuffah. Sahabat- sahabat yang termasyhur disini adalah Ali bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Mas’ud yang mengajarkan Al-Qur’an ia adalah ahli tafsir, hadits, dan fikih.
5)      Damsyik (Syam) sahabat yang mengajarkan ilmu disana adalah Mu’az bin Jaba (di Palestina), Ubaidillah (di Hims), dan Abu Darda’(di Damsyik).
6)      Mesir Sahabat yang mula-mula mendirikan madrasah dan menjadi guru di Mesir adalah Abdullah bin Amru bin Ash, ia adalah seorang ahli hadits.











PENUTUP

Pola pendidikan Islam pada masa Khalifah Abu Bakar sama dengan pola yang diterapkan pada masa Rosulullah baik dari segi materi ( keimanan, akhlak, dan kesehatan ) maupun dari segi lembaganya ( kuttab )
Pada masa khalifah Umar bin Khattab pendidikan Islam sudah lebih meningkatdiman apada masa ini khalifah Umar sudah mengangkat guru-guru dan digaji untuk mengajar ke daerah-daerah yang baru ditaklukkan.
Pola pendidikan Islam pada masa khalifah Usman bin Affan diserahkan sepenuhnya pada rakyat dan sahabat tidak hanya terfokus di Madinah saja, tetapi sudah boleh mengajar ke daerah- daerah lain.
Pola pendidikan Islam pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib kurang diperhatikan, hal ini dikarenakan pemerintahan Ali yang selalu dilanda konflik yang berujung pada kekacauan.
Majunya pendidikan islam pada saat tu merupakan upaya-upya yang dilakukan para cendikiawan muslim untuk memajukan umat Islam tentunya, yang  saat ini masih dapat dirasakan keberadaannya. Untuk itu sebagai seorang peljar hendaknya mampu menggali potensi-potensi yang telah dimiliki, dengan mempelajari ilmu-ulmi pengetahuan yang berguna tentunya, untuk mencapai ridha illahi dan mampu untuk memajukan pendidikan Islam sebagaimana yang telah dilakukan oleh para pendahulu-pendahulu kita. Pengetahuan yang telah dikembangkan sebagai hasil perkembangan pemikiran dan ilmiah dikalangan kaum muslimin pada masa jayanya, harus mampu untuk dipelajari sebagai bekal kita untuk mengembangkan serta memajukan pendidikan Islam. Semoga apa yang telah dilakukan cendikiawan-cendikiawan muslim terdahulu seagai upaya yang telah dilakukan untuk memajukan pendidikan Islam dapat menjadi motivasi bagi para pelajar untuk lebih giat belajar dan mampu meningkatkan prestasinya, bagi pendidikan Islam.


Nizar, Samsul, Dr., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 1997
Soekarno, Drs.,Sejarah Dan Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Angkasa, 1983
Thohir, Ajid., Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004
Joesoef, Sejarah Daulah Khulafaur Rasiddin, Medan : Bulan Bintang, 1979
Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta : Pustaka Al-Husna, 1990





[1]Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, 2009, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, hlm. 44.
2 Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, 2009, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, hlm. 47.
3 Soekarno, Sejarah Dan Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Angkasa, 1983, hlm.60.
 

No comments:

Post a Comment