"PENDIDIKAN PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN"
Syukur Alhamdulillah, menyertai rangkaian kalimat
ini puji syukur sepatutnya kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik, meskipun jauh dari kesempurnaan. Kesempurnaan
hanya milik-Nya, khilaf dan salah hanya milik penulis sebagai hamba-Nya.
Shalawat serta salam semoga tetap terlimpah pada junjungan Baginda Muhammad
SAW, yang senantiasa dinantikan syafaatnya.
PENDAHULUAN
Pendidikan Islam yang
bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist untuk membentuk manusia yang seutuhnya,
yakni manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Allah SWT, dan untuk
memelihara nilai-nilai kehidupan sesama manusia agar dapat menjalankan pendidikan
dapat menjalankan seluruh kehidupannya, sebagaimana yang telah ditentukan Allah
dan Rosulnya demi kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Pada masa Nabi,
pendidikan Islam berpusat di Madinah, setelah Rosulullah wafat kekuasaan
pemerintahan Islam di pegang oleh Khulafaurrosyidin. Wilayah Islam telah meluas
diluar jazirah Arab para kholifah ini memusatkan perhatiannya pada pendidikan
keagamaan syiar agama dan kokohnya pendidikan.
Adapun pola pendidikan
yang diterapkan pada masa Khulafaurrosyidin akan dibahas secara mendalam dalam
bab-bab selanjutnya
Bagaimana pola
pendidikan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin?
Dimana pusat-pusat pendidikan pada masa Khulafaur Rasyidin?
Dapat mengetahui pola
pendidikan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin.
Dapat mengetahui dimana pusat-pusat pendidikan pada masa Khulafaur Rasyidin.
PEMBAHASAN
Kata Khulafaur Rasyidin itu berasal dari
bahasa arab yang terdiri dari kata khulafa dan rasyidin, khulafa’ itu
menunjukkan banyak khalifah, bila satu di sebut khalifah, yang mempunyai arti
pemimpin dalam arti orang yanng mengganti kedudukan rasullah SAW sesudah wafat
melindungi agama dan siasat (politik) keduniaan agar setiap orang menepati apa
yang telah ditentukan oleh batas-batanya dalam melaksanakan hukum-hukum syariat
agama islam.
Adapun kata Arrasyidin itu berarti arif dan bijaksana.
Jadi Khulafaur Rasyidin mempunyai arti pemimpim yang bijaksana sesudah nabi
muhammad wafat. Para Khulafaur Rasyidin itu adalah pemimpin yang arif dan
bijaksana. Mereka itu
terdiri dari para sahabat nabi muhammad SAW yang berkualitas tinggi dan baik
adapun sifat-sifat yang dimiliki Khulafaur Rasyidin sebagai berikut:
a.
Arif dan bijaksana
b.
Berilmu yang luas dan mendalam
c.
Berani bertindak
d.
Berkemauan yang keras
e.
Berwibawa
f.
Belas kasihan dan kasih sayang
g.
Berilmu agama yang amat luas serta melaksanakan
hukum-hukum islam.
Para
sahabat yang disebut Khulafaur Rasyidin terdiri dari empat orang khalifah
yaitu:
1.
Abu bakar Shidik khalifah yang pertama (11 – 13 H =
632 – 634 M)
2.
Umar bin Khattab khalifah yang kedua (13 – 23 H = 634
– 644 M)
3.
Usman bin Affan khalifah yang ketiga (23 – 35 H = 644
– 656 M)
Abu Bakar memiliki nama lengkap Abu Bakar Abdullah
bin Abi Quhafah bin Utsman bin Amr bin MAs’ud bin Tam bin Murrah bin Ka’ab bin
Lu’ay bin Ghalib bin Fihr At-Taimi Al-Qurasyi. Sebelum memeluk
agama Islam , beliau bernama Abdul ka’bah, setelah masuk Islam oleh rasulullah
Namanya diganti menjadi Abdullah Ibn Abu Quhafah At – Tamimi. Ibunya
bernama Ummul Khoir Salma Binti Sakhir Ibn Amir. Beliau Lahir dua tahun setelah
Kelahiran Nabi Muhammad.
Abdullah kemudian digelari Abu Bakar Asy Siddiq yang artinya “ Abu (Bapak ) dan
Bakar ( Pagi), gelar Ash Siddiq diberikan kepada beliau karena beliau orang
senantiasa membenarkan segala tindakan Rasulullah, terutama dalam peristiwa
Isra’Mi’raj. Abu
Bakar merupakan orang yang pertama kali masuk Islam ketika Islam mulai
didakwahkan. Baginya, tidaklah sulit untuk mempercayai ajaran yang dibawa
Muhammad SAW dikarenakan sejak kecil, ia telah mengenal keagungan Muhammad. Setelah masuk Islam, ia tidak segan untuk
menumpahkan segenap jiwa dan harta bendanya untuk Islam.
Pengorbanan Abu Bakar terhadap Islam tidak dapat diragukan. Ia juga pernah
ditunjuk Rasul sebagai penggantinya untuk mengimani shalat ketika Nabi sakit.
Nabi Muhammad pun meninggal dunia setelah peristiwa tersebut.
Setelah Nabi wafat,
sebagai pemimpin umat Islam adalah Abu Bakar as-Shiddiq sebagai khalifah. Masa
awal kekhalifahan Abu Bakar diguncang pemberontakan oleh orang-orang murtad,
orang-orang yang mengaku sebagai nabi, dan orang-orang yang enggan membayar zakat. Berdasarkan hal ini Abu Bakar memusatkan
perhatiannya untuk memperangi para pemberontak yang dapat mengacaukan keamanan
dan mempengaruhi orang islam yang masih lemah imannya untuk menyimpang dari
ajaran Islam.
Dengan demikian,
dikirimlah pasukan untuk memberontak di Yamamah. Dalam penumpasan ini banyak
umat islam yang gugur, yang terdiri dari sahabat dekat Rosulullah dan para
khafid Al-Qur’an. Sehingga mengurangi jumlah sahabat khafidz yang hafal
al-qur’an, oleh karena itu, Umar menyarankan kepada khalifah Abu bakar untuk
mengumpulkan ayat-ayat al-qur’an. Kemudian untuk merealisasikan saran tersebut
diutuslah Zaid bin stabit untuk mengumpulkan semua tulisan Al-Qur’an. Pola
pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada Nabi, baik dari segi materi
maupun lembaga pendidikannya.
Dari segi materi
pendidikan islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah,
kesehatan.
Pendidikan keimanan
yaitu, menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib disembah adalah Allah SWT.
Pendidikan akhlak, contoh
: adab masuk rumah orang, sopan santun bertetangga, bergaul dalam masyarakat.
Pendidikan ibadah seperti pelaksanaan sholat, puasa dan haji.
Kesehatan tentang
kebersihan, gerak-gerik dalam sholat merupakan didikan untuk memperkuat jasmani
dan rohani.[2]
lembaga untuk belajar
membaca menulis ini disebut dengan kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan
yang dibentuk setelah masjid, dan pusat pembelajaran pada masa ini adalah di
Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah sahabat rosul
yang terdekat, lembaga pendidikan Islam adalah masjid, masjid dijadikan sebagai
benteng pertahanan rohani, tempat pertemuan dan lembaga pendidikan Islam,
sebagai sholat berjamaah, membaca Al-Qur’an, dan lain sebagainya.1
Umar ibn Al-Khattab memiliki nama lengkap Umar bin
Khatthab bin Nufail bin Abd Al-Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin Razail
bin 'adi bin KA'ab bin Lu'ay. Ayahnya
bernama Nufail Al Quraisy dan Ibunya bernama Hantamah Binti Hasim. Beliau
berasal dari bani Adiy. Dimasa Jahiliyah Umar adalah seorang saudagar yang
berpengaruh mulia dan berkedudukan tinggi.
Masuknya Umar ke barisan Umat islam telah membawa perubahan baru bagi
masyarakat Islam.umat Islam berani menjalankan Sholat dirumahnya masing –
masing. Tidak takut menghadapi kaum Quraisy.
Umar Ibn Khattab diangkat menjadi Khalifah setelah wafatnya khalifah abu baker
,Yaitu tahun 634 M- 644/13 H-23 H Peranan Umar dalam sejarah Islam masa
permulaan merupakan yang paling menonjol karena perluasan wilayah, disamping
kebijakan-kebijakan politiknya yang lain. Adanya penaklukan besar-besaran pada
masa pemerintahan Umar merupakan fakta yang diakui kebenaranya oleh para
sejarahwan. Bahkan, ada yang mengatakan kalau tidak karena
penaklukan-penaklukan yang dilakukan pada masa Umar, Islam belum tentu akan
tersebar seperti sekarang
ini.
Sesaat sebelu Abu Bakar mennggal, beliau
menunjuk Umar sebagai penggantinya setelah dimusyawarahkan dengan para sahabat
lainnya.Pada masa Khalifah Umar bin Khattab,kondisi politikdalam keadaan
stabil, usaha perluasan wilayah Islam memperoleh hasil yang gemilang. Wilayah Islam pada masa Khalifah Umar
meliputi Semenanjung Arabia, palestina, Syiria, Irak,Persia, dan Mesir.
Dengan meluasnya wilayah
Islam mengakibatkan meluasnya pula kehidupan dalam segala bidang. Untuk
memenuhi kebutuhan ini diperlukan manusia yang memiliki kererampilan dan
keahlian, sehingga dalam hal ini diperlukan pendidikan.
Pada masa Khalifah Umar
bin Khattab, sahabat – sahabat yang sangat berpengaruh tidak boleh keluar
daerah kecuali atas izindari khalifah dan dalam kurun waktu yang terbatas.
Jadi, kalau ada diantara umat Islam yang ingin belajar hadis harus pergi ke
madinah, ini berarti bahwa penyebarab ilmu dan pengetahuan para sahabat dan
tempat pendidfikan adalah terpusat di Madinah
Dengan meluasnya Islam
sampai ke jazirah Arab, tampaknya khalifah memikirkan pendidikan Islam di
daerah – daerah yang baru di taklukkan. Untuk itu, Umar bin Khattab
memerintahkan para panglima perangnya, apabila mereka berhasil menguasai satu
kota, hendaknya mereka mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan.
Berkaitan dengan
masalah pendidikan ini,khalifah Umar bin Khattab merupakan seorang pendidik
melakukan pernyuluhan pendidikan dikota Madinah, beliau juga menerapkan
pendidikan di masji- masjid dan pasar – pasar, serta mengangkat dan menunjuk
guru –guru untuk tiap – tiap daerahyang ditaklukkan itu, mereka bertugas
mengajarkan isin Al-Qur’an dan ajaran Islam lainnya seperti Fikih, kepada penduduk
yang baru masuk Islam.
Diantara sahabat –
sahabat yang ditunjuk oleh Umar bin Khattab ke daerah adalah Abdurahman bin
Ma’qaal dan Imran bin Hshim. Kedua orang ini ditempatkan di Basyrah.
Abdurrahman bin Ghanam dikirim ke Syiria dan Hasan bin Abi Jabalah dikirim ke
Mesir. Adapun metode yang mereka pakai adalah guru duduk dihalaman masjid
sedangkan murid melingkarinya.
Jadi dalam masa
Khalifah Umar bin Khattabyang menjadi pendidik adalah Umar dan para sahabat –
sahabat besar yang lebih dekat kepada Rasulullah dan memiliki pengaruh yang
besar, sedangkan pusat pendidikannya selain di Madinah juga di Mesir, Syiria
dan Basyrah.
Dengan meluasnya
kekuasaan Islam, mendorong kegiatan pendidikan Islam bertambah besar, karena
mereka yang baru masuk Islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabat- sahabat
yang menerima langsung dari Nabi. Pada masa ini telah terjadi mobilitas
penuntut ilmu dari daerah – daerah yang jauh dari Madinah, sebagai pusat agama
Islam.
Pada masa khalifah Umar
bin Khattab, mata pelajaran yang diajarkan adalah membaca dan menulis Al-
Qur’an dan menghafalnya serta belajar pokok –pokok agama Islam. Pendidikan pada
masa ini lebih maju dibandingkan sebelumnya. Pada masa ini tuntutan untuk
belajar bahasa Arab, juga sudah mulai tampak, orang yang baru masuk Islam dari
daerah yang ditaklukkan harus belajar bahasa Arab, jika ingin belajar dan
memahami pengetahuan Islam. Oleh karena itu, pada masa ini sudah ada pengajaran
bahasa Arab.
Pada masa ini,
pelaksanaan pendidikan lebih maju karena selama pemerintahan Umar Negara berada
dalam keadaan stabil dan aman, hal ini disebabkan telah ditetapkannya masjid
sebagai pusat pendidikan , juga telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan Islam
diberbagai kota dengan materi yang dikembangkan, baik dari segi ilmu bahasa,
menulis, dan pokok –pokok ilmu lainnya.
Pendidikannya dikelola
dibawah pengaturan gubruryang berkuasa saat itu, serta diirigi kemajuan di
berbagai bidang, seperti jawatan pos, kepolisian, baitulmal, dan lain sebainya.
Sedangkan sumber gaji para pendidik pada waktu itu diambilkan dari daerah yang
ditaklukkan dan dari baitulmall.
Utsman bin Affan memiliki nama lengkap Utsman bin
Affan bin Abi Al-Ash bin Umayyah bin Abd Al-Manaf dari Quraisy. Usman
bin Affan lahir pada 574 Masehi dari golongan Bani Umayyah. Nama ibu beliau
adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. Beliau masuk Islam atas ajakan Abu Bakar
dan termasuk golongan Assabiqunal Awwalun (golongan yang pertama-tama masuk
Islam).
Rasulullah Saw sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi yang
paling jujur dan rendah hati diantara kaum muslimin. Diriwayatkan oleh Imam
Muslim bahwa Aisyah bertanya kepada Rasulullah Saw, ‘Abu Bakar masuk tapi
engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus, lalu Umar masuk engkau
pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan tetapi ketika Utsman
masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian, mengapa?’ Rasullullah
menjawab, “Apakah aku tidak malu terhadap orang yang malaikat saja malu
kepadanya?”Pada saat seruan hijrah pertama oleh Rasullullah Saw ke Habbasyiah
karena meningkatnya tekanan kaum Quraisy terhadap umat Islam, Utsman bersama
istri dan kaum muslimin lainnya memenuhi seruan tersebut dan hijrah ke Habbasyiah
hingga tekanan dari kaum Quraisy reda. Tak lama tinggal di Mekah, Utsman
mengikuti Nabi Muhammad Saw untuk hijrah ke Madinah. Pada peristiwa Hudaibiyah,
Utsman dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah. Utsman
diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan
beribadah di Ka’bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi
penduduk Mekkah.
Usman bin Affan adalah
termasuk saudagar besar dan kaya juga sangat pemurah menafkahkan hartanya untuk
kepentingan ummat Islam. Usman diangkat menjadi khalifah hasil dari pemilihan
panitia enam ( Usman, Ali bin Abi Thalib, Thalhah,Zubair bin Awwam, Saad bin
Abi Waqash, dan Abdurrahman bin Auf.) yang ditunjukoleh khalifah Umar bin
Khattab menjelang beliau akan meninggal. 3
Pada masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan pendidikan tidak jauh berbeda
dengan masa sebelumnya. Pendidikan dimasa ini hanya melanjutkan apa yang telah
ada, namun hanya sedikit terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan Islam. Para
sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rosulullah yang tidak diperbolehkan
meninggalkan Madinah dimasa khalifah Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar
dan menetap di daerah – daerah yang mereka sukai. Kebijakan ini sangat besar
pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah – daerah.
Proses pelaksanaan pola
pendidikan pada masa Usman ini lebih ringan dan lebih mudah dijangkau oleh
seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar Islam. Dari segi pusat
pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa ini para bisa memilih tempat yang
mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat.
Khalifah Usman sudah
merasa cukuip dengan pendidikan yang sudah berjalan, namun begitu ada usaha
yang cemerlang yang telah terjadi dimasa ini yang berpengaruh luar biasa bagi
pendidikan Islam yaitu untuk mengumpulkan tulisan ayat- ayat Al-Qur’an.
Penyalinan ini terjadi karena perselisihan dalam bacaan Al-Qur’an. Berdasarkan
hal ini, khalifah Usman memerintahkan kepada tim untuk penyalinan tersebut,
adapun timnya adalah: Zaid bin Tsabit,Abdullah bin Zubair, Zaid binAsh, dan Abdurrahman
bin Harist.
Apabila terjadi
pertikaian bacaan, maka harus diambil pedoman kepada dialek suku Quraisy, sebab
al- Qur’an sebab Al- Qur’an ini diturunkan menurut dialek mereka sesuai dengan lisan
Quraisy. Sementara Zaid bin Tsabit bukan orang Quraisy sedangkan ketiga tim
lainnya adalah orang Quraisy.
Pada masa Khalifah Usman bin Affan, tugas mendidik dan mengajar umat diserahkan
pada ummat itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat guru- guru. Jadi
para pendidik tersebut dalammelaksanakan tugasnya hanya mengharapkan keridhaan
Allah semata.Adapun objek pendidikan pada masa itu terdiri dari:
·
Orang dewasa dan atau orang tua yang baru masuk
Islam
·
Anak – anak, baik orang tuanya telah lama memeluk
Islam ataupun yang baru memeluk Islam
·
Orang dewasa dan atau orang tua yang telah lama
memeluk Islam
·
Orang yang mengkhususkan dirinya menuntut ilmu agama
secara luas dan mendalam
Dari ke empat golongan
terdidik tersebut, pelaksanaan pendidikan dan pengajaran tidak mungkin
dilakukan dengan cara menyamaratakan tetapi harus diadakan pengklasifikasian
yang rapid an sistematis, disesuaikan dengan kemampuan dan kesanggupan dari
peserta didiknya. Adapun metode yang digunakan adalah:
·
Golongan pertama menggunakan metode ceramah,
hafalan, dan latihan dengan mengemukakan contoh – contoh dan peragaan.
·
Golongan kedua menggunakan metode hafalan dan
latihan
·
Golongan ketiga menggunakan metode diskusi, ceramah,
hafalan, tanya jawab
·
Golongan keempat menggunakan metode ceramah, hafalan
Tanya jawab, dan diskusi serta sedikit hafalan. Pendidikan dan pengajaran pada
golongan ini lebih bersifat pematangan (dan pendalaman
·
Mata pelajaran yang di berikan disesuaikan dengan
kebutuhan terdidik dengan urutan mendahulukan pengetahuan yang sangat mendesak
/ penting untuk dijadikan pedoman dan pegangan hidup beragama.
Ada 3 fase dalam pendidikan dan
pengajarannya:
1)
fase pembinaan ; dimaksudkan untuk memberikan
kesempatan agar terdidik memperoleh kemantapan iman
2)
Fase pendidikan : ditekankan pada ilmu- ilmu praktis
dengan maksud agar mereka dapat segera mengamalkan ajaran dan tuntunan agama
dengan sebaik- baiknya dalam kehidupan sehari- hari
3)
Fase pelajaran : ada pelajaran –pelajaran lain yang
diberikan untuk penunjang pemahaman terhadap Al-Quran dan Hadits, seperti
bahasa Arab dengan tata bahasanya, menulis, membaca,syair dan peribahasa.4
Pendidikan pada masa
khalifah Usman ini tidak banyak terjadi perkembangan, jika dibandingkan pada
masa Khalifah Umar bin Khattab. Hal ini disebabkan pada masa khalifah Usman
urusan pendidikan diserahkan begitu saja pada rakyat. Dari segi pemerintahan
khalifah Usman banyak timbul pergolakan dalam masyarakat sebagai akibat
ketidaksenangan mereka terhadap kebijakan khalifah Usman yang mengangkat kerabatnya
dalam jabatan pemerintahan
Ali bin Abi Thalib adalah orang yang paling awal
memeluk agama Islam (assabiqunal awwalun), sepupu Rasullullah Saw., dan juga
khalifah terakhir dalam kekhalifahan Kulafaur Rasyidin menurut pandangan Sunni.
Namun bagi Islam Syiah, Ali adalah khalifah pertama dan juga imam pertama dari
12 imam Syiah. Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada
tanggal 13 Rajab. Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya
kenabian Muhammad, sekitar tahun 600 Masehi. Beliau bernama asli Haydar bin Abu
Thalib. Namun Rasullullah Saw. tidak menyukainya dan memanggilnya Ali yang
berarti memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah
Ketika Rasullullah Saw. mulai menyebarkan Islam, Ali saat
itu berusia 10 tahun. Namun ia mempercayai Rasullullah Saw. dan menjadi orang
yang pertama masuk Islam dari golongan anak-anak. Masa remajanya banyak
dihabiskan untuk belajar bersama Rasullullah sehingga Ali tumbuh menjadi pemuda
cerdas, berani, dan bijak. Jika Rasullullah Saw. adalah gudang ilmu, maka Ali
ibarat kunci untuk membuka gudang tersebut. Saat Rasullullah Saw. hijrah,
beliau menggantikan Rasullullah tidur di tempat tidurnya sehingga orang-orang
Quraisy yang hendak membunuh Nabi terpedaya. Setelah masa hijrah dan tinggal di
Madinah, Ali dinikahkan Nabi dengan putri kesayangannya Fatimah az-Zahra.Ali
tidak hanya tumbuh menjadi pemuda cerdas, namun juga berani dalam medan perang.
Bersama Dzulfikar, pedangnya, Ali banyak berjasa membawa kemenangan di berbagai
medan perang seperti Perang Badar, Perang Khandaq, dan Perang Khaibar.
Ali adalah khalifah
yang keempat setelah Usman bin Affan. Pada masa pemerintahannya sudah diguncang
peperangan dengan Aisyah ( istri Nabi) beserta Talhah dan Abdullah bin Zubair
karena kesalahfahaman dalam menyikapi pembunuhan terhadap Usman,peperangan
diantara mereka di sebut perang Jamal ( unta ) karena Aisyah menggunakan
kendaraan unta. Setelah berhasil mengatasi pemberontakan Aisyah, muncul
pemberontakan lain, sehingga masa kekuasaan khalifah Ali tidak pernah mendapatkan
ketenangan dan kedamaian.
Muawiyah sebagai
gubernur di Damaskus memberontak untuk menggulingkan kekuasaannya. Peperangan
ini disebut perang Shiffin, karena terjadi di Shiffin. Ketika tentara Muawiyah
terdesak oleh pasukan Ali, maka Muawiyah segera mengambil siasat untuk
menyatakan tahkim ( penyelesaian secara adil dan damai ). Semula Ali menolak,
tetapi karena desakan dari beberapa tentaranya akhirnya Ali menerimanya, namun
tahkim malah menimbulkan kekacauan, sebab Muawiyah curang, dengan tahkim
tersebut, Muawiyah berhasil mengalahkan Ali dan mendirikan pemerintahan
tandingan di Damaskus. Sementara itu, sebagian tentara yang menentang keputusan
Alidengan cara tahkim , meninggalkan Ali dan membuat kelompok tersendiri yaitu
khawarij.
Pada masa khalifah Ali ini terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga
pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa ini, kegiatan
pendidikan Islam mendapat hambatan dan gangguan. Pada saat itu khalifah Ali bin
Abi Thalib tidak lagi memikirkan masaalah pendidikan karena seluruh
perhatiannya ditumpahkan pada pada masalah keamanan dan kedamaian bagi
masyarakat Islam. Dengan demikian masalah pola pendidikan pada masa Khulafaur
Rasyidin tidak jauh berbeda dengan masa Nabi yang menekan pada pengajaran baca
tulis dan ajaran –ajaran Islam yang bersumber pada Al- Qur’an dan Hadits Nabi.
Pusat – Pusat
Pendidikan Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Pusat-pusat pendidikan pada masa Khulafaur rasyidin antara lain:
1)
Mekkah. Gurupertama di Mekkah adalah Muaz bin Jabbal
yang mengajarkan Al-Qur’an dan Fikih
2)
Madinah. Sahabat yang terkenal antara lain Abu
Bakar, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan sahabat- sahabat lainnya.
3)
Basrah. Sahabat yang termasyhurantara lain Abu Musa
Al Asy’ari, seorang ahli fikih dan Al-Qur’an
4)
Kuffah. Sahabat- sahabat yang termasyhur disini
adalah Ali bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Mas’ud yang mengajarkan Al-Qur’an
ia adalah ahli tafsir, hadits, dan fikih.
5)
Damsyik (Syam) sahabat yang mengajarkan ilmu disana
adalah Mu’az bin Jaba (di
Palestina), Ubaidillah (di Hims), dan
Abu Darda’(di Damsyik).
6)
Mesir Sahabat
yang mula-mula mendirikan madrasah dan menjadi guru di Mesir adalah Abdullah
bin Amru bin Ash, ia adalah seorang ahli hadits.
PENUTUP
Pola pendidikan Islam
pada masa Khalifah Abu Bakar sama dengan pola yang diterapkan pada masa
Rosulullah baik dari segi materi ( keimanan, akhlak, dan kesehatan ) maupun dari
segi lembaganya ( kuttab )
Pada masa khalifah Umar
bin Khattab pendidikan Islam sudah lebih meningkatdiman apada masa ini khalifah
Umar sudah mengangkat guru-guru dan digaji untuk mengajar ke daerah-daerah yang
baru ditaklukkan.
Pola pendidikan Islam pada masa khalifah Usman bin Affan diserahkan sepenuhnya
pada rakyat dan sahabat tidak hanya terfokus di Madinah saja, tetapi sudah
boleh mengajar ke daerah- daerah lain.
Pola pendidikan Islam
pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib kurang diperhatikan, hal ini dikarenakan
pemerintahan Ali yang selalu dilanda konflik yang berujung pada kekacauan.
Majunya pendidikan islam pada saat tu merupakan
upaya-upya yang dilakukan para cendikiawan muslim untuk memajukan umat Islam
tentunya, yang saat ini masih dapat dirasakan keberadaannya. Untuk itu
sebagai seorang peljar hendaknya mampu menggali potensi-potensi yang telah
dimiliki, dengan mempelajari ilmu-ulmi pengetahuan yang berguna tentunya, untuk
mencapai ridha illahi dan mampu untuk memajukan pendidikan Islam sebagaimana
yang telah dilakukan oleh para pendahulu-pendahulu kita. Pengetahuan yang telah
dikembangkan sebagai hasil perkembangan pemikiran dan ilmiah dikalangan kaum
muslimin pada masa jayanya, harus mampu untuk dipelajari sebagai bekal kita
untuk mengembangkan serta memajukan pendidikan Islam. Semoga apa yang telah
dilakukan cendikiawan-cendikiawan muslim terdahulu seagai upaya yang telah
dilakukan untuk memajukan pendidikan Islam dapat menjadi motivasi bagi para
pelajar untuk lebih giat belajar dan mampu meningkatkan prestasinya, bagi
pendidikan Islam.
Nizar, Samsul, Dr., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 1997
Soekarno, Drs.,Sejarah Dan Filsafat
Pendidikan Islam, Bandung: Angkasa, 1983
Thohir, Ajid., Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004
Joesoef, Sejarah Daulah Khulafaur
Rasiddin, Medan : Bulan Bintang, 1979
Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta : Pustaka Al-Husna, 1990
2 Samsul
Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, 2009, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, hlm.
47.
Syukur Alhamdulillah, menyertai rangkaian kalimat
ini puji syukur sepatutnya kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik, meskipun jauh dari kesempurnaan. Kesempurnaan
hanya milik-Nya, khilaf dan salah hanya milik penulis sebagai hamba-Nya.
Shalawat serta salam semoga tetap terlimpah pada junjungan Baginda Muhammad
SAW, yang senantiasa dinantikan syafaatnya.
PENDAHULUAN
Pendidikan Islam yang
bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist untuk membentuk manusia yang seutuhnya,
yakni manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Allah SWT, dan untuk
memelihara nilai-nilai kehidupan sesama manusia agar dapat menjalankan pendidikan
dapat menjalankan seluruh kehidupannya, sebagaimana yang telah ditentukan Allah
dan Rosulnya demi kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Pada masa Nabi,
pendidikan Islam berpusat di Madinah, setelah Rosulullah wafat kekuasaan
pemerintahan Islam di pegang oleh Khulafaurrosyidin. Wilayah Islam telah meluas
diluar jazirah Arab para kholifah ini memusatkan perhatiannya pada pendidikan
keagamaan syiar agama dan kokohnya pendidikan.
Adapun pola pendidikan
yang diterapkan pada masa Khulafaurrosyidin akan dibahas secara mendalam dalam
bab-bab selanjutnya
Bagaimana pola
pendidikan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin?
Dimana pusat-pusat pendidikan pada masa Khulafaur Rasyidin?
Dimana pusat-pusat pendidikan pada masa Khulafaur Rasyidin?
Dapat mengetahui pola
pendidikan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin.
Dapat mengetahui dimana pusat-pusat pendidikan pada masa Khulafaur Rasyidin.
Dapat mengetahui dimana pusat-pusat pendidikan pada masa Khulafaur Rasyidin.
PEMBAHASAN
Kata Khulafaur Rasyidin itu berasal dari
bahasa arab yang terdiri dari kata khulafa dan rasyidin, khulafa’ itu
menunjukkan banyak khalifah, bila satu di sebut khalifah, yang mempunyai arti
pemimpin dalam arti orang yanng mengganti kedudukan rasullah SAW sesudah wafat
melindungi agama dan siasat (politik) keduniaan agar setiap orang menepati apa
yang telah ditentukan oleh batas-batanya dalam melaksanakan hukum-hukum syariat
agama islam.
Adapun kata Arrasyidin itu berarti arif dan bijaksana.
Jadi Khulafaur Rasyidin mempunyai arti pemimpim yang bijaksana sesudah nabi
muhammad wafat. Para Khulafaur Rasyidin itu adalah pemimpin yang arif dan
bijaksana. Mereka itu
terdiri dari para sahabat nabi muhammad SAW yang berkualitas tinggi dan baik
adapun sifat-sifat yang dimiliki Khulafaur Rasyidin sebagai berikut:
a.
Arif dan bijaksana
b.
Berilmu yang luas dan mendalam
c.
Berani bertindak
d.
Berkemauan yang keras
e.
Berwibawa
f.
Belas kasihan dan kasih sayang
g.
Berilmu agama yang amat luas serta melaksanakan
hukum-hukum islam.
Para
sahabat yang disebut Khulafaur Rasyidin terdiri dari empat orang khalifah
yaitu:
1.
Abu bakar Shidik khalifah yang pertama (11 – 13 H =
632 – 634 M)
2.
Umar bin Khattab khalifah yang kedua (13 – 23 H = 634
– 644 M)
3.
Usman bin Affan khalifah yang ketiga (23 – 35 H = 644
– 656 M)
Abu Bakar memiliki nama lengkap Abu Bakar Abdullah
bin Abi Quhafah bin Utsman bin Amr bin MAs’ud bin Tam bin Murrah bin Ka’ab bin
Lu’ay bin Ghalib bin Fihr At-Taimi Al-Qurasyi. Sebelum memeluk
agama Islam , beliau bernama Abdul ka’bah, setelah masuk Islam oleh rasulullah
Namanya diganti menjadi Abdullah Ibn Abu Quhafah At – Tamimi. Ibunya
bernama Ummul Khoir Salma Binti Sakhir Ibn Amir. Beliau Lahir dua tahun setelah
Kelahiran Nabi Muhammad.
Abdullah kemudian digelari Abu Bakar Asy Siddiq yang artinya “ Abu (Bapak ) dan Bakar ( Pagi), gelar Ash Siddiq diberikan kepada beliau karena beliau orang senantiasa membenarkan segala tindakan Rasulullah, terutama dalam peristiwa Isra’Mi’raj. Abu Bakar merupakan orang yang pertama kali masuk Islam ketika Islam mulai didakwahkan. Baginya, tidaklah sulit untuk mempercayai ajaran yang dibawa Muhammad SAW dikarenakan sejak kecil, ia telah mengenal keagungan Muhammad. Setelah masuk Islam, ia tidak segan untuk menumpahkan segenap jiwa dan harta bendanya untuk Islam.
Pengorbanan Abu Bakar terhadap Islam tidak dapat diragukan. Ia juga pernah ditunjuk Rasul sebagai penggantinya untuk mengimani shalat ketika Nabi sakit. Nabi Muhammad pun meninggal dunia setelah peristiwa tersebut.
Abdullah kemudian digelari Abu Bakar Asy Siddiq yang artinya “ Abu (Bapak ) dan Bakar ( Pagi), gelar Ash Siddiq diberikan kepada beliau karena beliau orang senantiasa membenarkan segala tindakan Rasulullah, terutama dalam peristiwa Isra’Mi’raj. Abu Bakar merupakan orang yang pertama kali masuk Islam ketika Islam mulai didakwahkan. Baginya, tidaklah sulit untuk mempercayai ajaran yang dibawa Muhammad SAW dikarenakan sejak kecil, ia telah mengenal keagungan Muhammad. Setelah masuk Islam, ia tidak segan untuk menumpahkan segenap jiwa dan harta bendanya untuk Islam.
Pengorbanan Abu Bakar terhadap Islam tidak dapat diragukan. Ia juga pernah ditunjuk Rasul sebagai penggantinya untuk mengimani shalat ketika Nabi sakit. Nabi Muhammad pun meninggal dunia setelah peristiwa tersebut.
Setelah Nabi wafat,
sebagai pemimpin umat Islam adalah Abu Bakar as-Shiddiq sebagai khalifah. Masa
awal kekhalifahan Abu Bakar diguncang pemberontakan oleh orang-orang murtad,
orang-orang yang mengaku sebagai nabi, dan orang-orang yang enggan membayar zakat. Berdasarkan hal ini Abu Bakar memusatkan
perhatiannya untuk memperangi para pemberontak yang dapat mengacaukan keamanan
dan mempengaruhi orang islam yang masih lemah imannya untuk menyimpang dari
ajaran Islam.
Dengan demikian,
dikirimlah pasukan untuk memberontak di Yamamah. Dalam penumpasan ini banyak
umat islam yang gugur, yang terdiri dari sahabat dekat Rosulullah dan para
khafid Al-Qur’an. Sehingga mengurangi jumlah sahabat khafidz yang hafal
al-qur’an, oleh karena itu, Umar menyarankan kepada khalifah Abu bakar untuk
mengumpulkan ayat-ayat al-qur’an. Kemudian untuk merealisasikan saran tersebut
diutuslah Zaid bin stabit untuk mengumpulkan semua tulisan Al-Qur’an. Pola
pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada Nabi, baik dari segi materi
maupun lembaga pendidikannya.
Dari segi materi
pendidikan islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah,
kesehatan.
Pendidikan keimanan
yaitu, menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib disembah adalah Allah SWT.
Pendidikan akhlak, contoh
: adab masuk rumah orang, sopan santun bertetangga, bergaul dalam masyarakat.
Pendidikan ibadah seperti pelaksanaan sholat, puasa dan haji.
Kesehatan tentang
kebersihan, gerak-gerik dalam sholat merupakan didikan untuk memperkuat jasmani
dan rohani.[2]
lembaga untuk belajar
membaca menulis ini disebut dengan kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan
yang dibentuk setelah masjid, dan pusat pembelajaran pada masa ini adalah di
Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah sahabat rosul
yang terdekat, lembaga pendidikan Islam adalah masjid, masjid dijadikan sebagai
benteng pertahanan rohani, tempat pertemuan dan lembaga pendidikan Islam,
sebagai sholat berjamaah, membaca Al-Qur’an, dan lain sebagainya.1
Umar ibn Al-Khattab memiliki nama lengkap Umar bin
Khatthab bin Nufail bin Abd Al-Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin Razail
bin 'adi bin KA'ab bin Lu'ay. Ayahnya
bernama Nufail Al Quraisy dan Ibunya bernama Hantamah Binti Hasim. Beliau
berasal dari bani Adiy. Dimasa Jahiliyah Umar adalah seorang saudagar yang
berpengaruh mulia dan berkedudukan tinggi.
Masuknya Umar ke barisan Umat islam telah membawa perubahan baru bagi masyarakat Islam.umat Islam berani menjalankan Sholat dirumahnya masing – masing. Tidak takut menghadapi kaum Quraisy.
Umar Ibn Khattab diangkat menjadi Khalifah setelah wafatnya khalifah abu baker ,Yaitu tahun 634 M- 644/13 H-23 H Peranan Umar dalam sejarah Islam masa permulaan merupakan yang paling menonjol karena perluasan wilayah, disamping kebijakan-kebijakan politiknya yang lain. Adanya penaklukan besar-besaran pada masa pemerintahan Umar merupakan fakta yang diakui kebenaranya oleh para sejarahwan. Bahkan, ada yang mengatakan kalau tidak karena penaklukan-penaklukan yang dilakukan pada masa Umar, Islam belum tentu akan tersebar seperti sekarang ini.
Sesaat sebelu Abu Bakar mennggal, beliau menunjuk Umar sebagai penggantinya setelah dimusyawarahkan dengan para sahabat lainnya.Pada masa Khalifah Umar bin Khattab,kondisi politikdalam keadaan stabil, usaha perluasan wilayah Islam memperoleh hasil yang gemilang. Wilayah Islam pada masa Khalifah Umar meliputi Semenanjung Arabia, palestina, Syiria, Irak,Persia, dan Mesir.
Masuknya Umar ke barisan Umat islam telah membawa perubahan baru bagi masyarakat Islam.umat Islam berani menjalankan Sholat dirumahnya masing – masing. Tidak takut menghadapi kaum Quraisy.
Umar Ibn Khattab diangkat menjadi Khalifah setelah wafatnya khalifah abu baker ,Yaitu tahun 634 M- 644/13 H-23 H Peranan Umar dalam sejarah Islam masa permulaan merupakan yang paling menonjol karena perluasan wilayah, disamping kebijakan-kebijakan politiknya yang lain. Adanya penaklukan besar-besaran pada masa pemerintahan Umar merupakan fakta yang diakui kebenaranya oleh para sejarahwan. Bahkan, ada yang mengatakan kalau tidak karena penaklukan-penaklukan yang dilakukan pada masa Umar, Islam belum tentu akan tersebar seperti sekarang ini.
Sesaat sebelu Abu Bakar mennggal, beliau menunjuk Umar sebagai penggantinya setelah dimusyawarahkan dengan para sahabat lainnya.Pada masa Khalifah Umar bin Khattab,kondisi politikdalam keadaan stabil, usaha perluasan wilayah Islam memperoleh hasil yang gemilang. Wilayah Islam pada masa Khalifah Umar meliputi Semenanjung Arabia, palestina, Syiria, Irak,Persia, dan Mesir.
Dengan meluasnya wilayah
Islam mengakibatkan meluasnya pula kehidupan dalam segala bidang. Untuk
memenuhi kebutuhan ini diperlukan manusia yang memiliki kererampilan dan
keahlian, sehingga dalam hal ini diperlukan pendidikan.
Pada masa Khalifah Umar
bin Khattab, sahabat – sahabat yang sangat berpengaruh tidak boleh keluar
daerah kecuali atas izindari khalifah dan dalam kurun waktu yang terbatas.
Jadi, kalau ada diantara umat Islam yang ingin belajar hadis harus pergi ke
madinah, ini berarti bahwa penyebarab ilmu dan pengetahuan para sahabat dan
tempat pendidfikan adalah terpusat di Madinah
Dengan meluasnya Islam
sampai ke jazirah Arab, tampaknya khalifah memikirkan pendidikan Islam di
daerah – daerah yang baru di taklukkan. Untuk itu, Umar bin Khattab
memerintahkan para panglima perangnya, apabila mereka berhasil menguasai satu
kota, hendaknya mereka mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan.
Berkaitan dengan
masalah pendidikan ini,khalifah Umar bin Khattab merupakan seorang pendidik
melakukan pernyuluhan pendidikan dikota Madinah, beliau juga menerapkan
pendidikan di masji- masjid dan pasar – pasar, serta mengangkat dan menunjuk
guru –guru untuk tiap – tiap daerahyang ditaklukkan itu, mereka bertugas
mengajarkan isin Al-Qur’an dan ajaran Islam lainnya seperti Fikih, kepada penduduk
yang baru masuk Islam.
Diantara sahabat –
sahabat yang ditunjuk oleh Umar bin Khattab ke daerah adalah Abdurahman bin
Ma’qaal dan Imran bin Hshim. Kedua orang ini ditempatkan di Basyrah.
Abdurrahman bin Ghanam dikirim ke Syiria dan Hasan bin Abi Jabalah dikirim ke
Mesir. Adapun metode yang mereka pakai adalah guru duduk dihalaman masjid
sedangkan murid melingkarinya.
Jadi dalam masa
Khalifah Umar bin Khattabyang menjadi pendidik adalah Umar dan para sahabat –
sahabat besar yang lebih dekat kepada Rasulullah dan memiliki pengaruh yang
besar, sedangkan pusat pendidikannya selain di Madinah juga di Mesir, Syiria
dan Basyrah.
Dengan meluasnya
kekuasaan Islam, mendorong kegiatan pendidikan Islam bertambah besar, karena
mereka yang baru masuk Islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabat- sahabat
yang menerima langsung dari Nabi. Pada masa ini telah terjadi mobilitas
penuntut ilmu dari daerah – daerah yang jauh dari Madinah, sebagai pusat agama
Islam.
Pada masa khalifah Umar
bin Khattab, mata pelajaran yang diajarkan adalah membaca dan menulis Al-
Qur’an dan menghafalnya serta belajar pokok –pokok agama Islam. Pendidikan pada
masa ini lebih maju dibandingkan sebelumnya. Pada masa ini tuntutan untuk
belajar bahasa Arab, juga sudah mulai tampak, orang yang baru masuk Islam dari
daerah yang ditaklukkan harus belajar bahasa Arab, jika ingin belajar dan
memahami pengetahuan Islam. Oleh karena itu, pada masa ini sudah ada pengajaran
bahasa Arab.
Pada masa ini,
pelaksanaan pendidikan lebih maju karena selama pemerintahan Umar Negara berada
dalam keadaan stabil dan aman, hal ini disebabkan telah ditetapkannya masjid
sebagai pusat pendidikan , juga telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan Islam
diberbagai kota dengan materi yang dikembangkan, baik dari segi ilmu bahasa,
menulis, dan pokok –pokok ilmu lainnya.
Pendidikannya dikelola
dibawah pengaturan gubruryang berkuasa saat itu, serta diirigi kemajuan di
berbagai bidang, seperti jawatan pos, kepolisian, baitulmal, dan lain sebainya.
Sedangkan sumber gaji para pendidik pada waktu itu diambilkan dari daerah yang
ditaklukkan dan dari baitulmall.
Utsman bin Affan memiliki nama lengkap Utsman bin
Affan bin Abi Al-Ash bin Umayyah bin Abd Al-Manaf dari Quraisy. Usman
bin Affan lahir pada 574 Masehi dari golongan Bani Umayyah. Nama ibu beliau
adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. Beliau masuk Islam atas ajakan Abu Bakar
dan termasuk golongan Assabiqunal Awwalun (golongan yang pertama-tama masuk
Islam).
Rasulullah Saw sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi yang paling jujur dan rendah hati diantara kaum muslimin. Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Aisyah bertanya kepada Rasulullah Saw, ‘Abu Bakar masuk tapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus, lalu Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian, mengapa?’ Rasullullah menjawab, “Apakah aku tidak malu terhadap orang yang malaikat saja malu kepadanya?”Pada saat seruan hijrah pertama oleh Rasullullah Saw ke Habbasyiah karena meningkatnya tekanan kaum Quraisy terhadap umat Islam, Utsman bersama istri dan kaum muslimin lainnya memenuhi seruan tersebut dan hijrah ke Habbasyiah hingga tekanan dari kaum Quraisy reda. Tak lama tinggal di Mekah, Utsman mengikuti Nabi Muhammad Saw untuk hijrah ke Madinah. Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di Ka’bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah.
Rasulullah Saw sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi yang paling jujur dan rendah hati diantara kaum muslimin. Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Aisyah bertanya kepada Rasulullah Saw, ‘Abu Bakar masuk tapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus, lalu Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian, mengapa?’ Rasullullah menjawab, “Apakah aku tidak malu terhadap orang yang malaikat saja malu kepadanya?”Pada saat seruan hijrah pertama oleh Rasullullah Saw ke Habbasyiah karena meningkatnya tekanan kaum Quraisy terhadap umat Islam, Utsman bersama istri dan kaum muslimin lainnya memenuhi seruan tersebut dan hijrah ke Habbasyiah hingga tekanan dari kaum Quraisy reda. Tak lama tinggal di Mekah, Utsman mengikuti Nabi Muhammad Saw untuk hijrah ke Madinah. Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di Ka’bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah.
Usman bin Affan adalah
termasuk saudagar besar dan kaya juga sangat pemurah menafkahkan hartanya untuk
kepentingan ummat Islam. Usman diangkat menjadi khalifah hasil dari pemilihan
panitia enam ( Usman, Ali bin Abi Thalib, Thalhah,Zubair bin Awwam, Saad bin
Abi Waqash, dan Abdurrahman bin Auf.) yang ditunjukoleh khalifah Umar bin
Khattab menjelang beliau akan meninggal. 3
Pada masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan pendidikan tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan dimasa ini hanya melanjutkan apa yang telah ada, namun hanya sedikit terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan Islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rosulullah yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah dimasa khalifah Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar dan menetap di daerah – daerah yang mereka sukai. Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah – daerah.
Pada masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan pendidikan tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan dimasa ini hanya melanjutkan apa yang telah ada, namun hanya sedikit terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan Islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rosulullah yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah dimasa khalifah Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar dan menetap di daerah – daerah yang mereka sukai. Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah – daerah.
Proses pelaksanaan pola
pendidikan pada masa Usman ini lebih ringan dan lebih mudah dijangkau oleh
seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar Islam. Dari segi pusat
pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa ini para bisa memilih tempat yang
mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat.
Khalifah Usman sudah
merasa cukuip dengan pendidikan yang sudah berjalan, namun begitu ada usaha
yang cemerlang yang telah terjadi dimasa ini yang berpengaruh luar biasa bagi
pendidikan Islam yaitu untuk mengumpulkan tulisan ayat- ayat Al-Qur’an.
Penyalinan ini terjadi karena perselisihan dalam bacaan Al-Qur’an. Berdasarkan
hal ini, khalifah Usman memerintahkan kepada tim untuk penyalinan tersebut,
adapun timnya adalah: Zaid bin Tsabit,Abdullah bin Zubair, Zaid binAsh, dan Abdurrahman
bin Harist.
Apabila terjadi
pertikaian bacaan, maka harus diambil pedoman kepada dialek suku Quraisy, sebab
al- Qur’an sebab Al- Qur’an ini diturunkan menurut dialek mereka sesuai dengan lisan
Quraisy. Sementara Zaid bin Tsabit bukan orang Quraisy sedangkan ketiga tim
lainnya adalah orang Quraisy.
Pada masa Khalifah Usman bin Affan, tugas mendidik dan mengajar umat diserahkan pada ummat itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat guru- guru. Jadi para pendidik tersebut dalammelaksanakan tugasnya hanya mengharapkan keridhaan Allah semata.Adapun objek pendidikan pada masa itu terdiri dari:
Pada masa Khalifah Usman bin Affan, tugas mendidik dan mengajar umat diserahkan pada ummat itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat guru- guru. Jadi para pendidik tersebut dalammelaksanakan tugasnya hanya mengharapkan keridhaan Allah semata.Adapun objek pendidikan pada masa itu terdiri dari:
·
Orang dewasa dan atau orang tua yang baru masuk
Islam
·
Anak – anak, baik orang tuanya telah lama memeluk
Islam ataupun yang baru memeluk Islam
·
Orang dewasa dan atau orang tua yang telah lama
memeluk Islam
·
Orang yang mengkhususkan dirinya menuntut ilmu agama
secara luas dan mendalam
Dari ke empat golongan
terdidik tersebut, pelaksanaan pendidikan dan pengajaran tidak mungkin
dilakukan dengan cara menyamaratakan tetapi harus diadakan pengklasifikasian
yang rapid an sistematis, disesuaikan dengan kemampuan dan kesanggupan dari
peserta didiknya. Adapun metode yang digunakan adalah:
·
Golongan pertama menggunakan metode ceramah,
hafalan, dan latihan dengan mengemukakan contoh – contoh dan peragaan.
·
Golongan kedua menggunakan metode hafalan dan
latihan
·
Golongan ketiga menggunakan metode diskusi, ceramah,
hafalan, tanya jawab
·
Golongan keempat menggunakan metode ceramah, hafalan
Tanya jawab, dan diskusi serta sedikit hafalan. Pendidikan dan pengajaran pada
golongan ini lebih bersifat pematangan (dan pendalaman
·
Mata pelajaran yang di berikan disesuaikan dengan
kebutuhan terdidik dengan urutan mendahulukan pengetahuan yang sangat mendesak
/ penting untuk dijadikan pedoman dan pegangan hidup beragama.
Ada 3 fase dalam pendidikan dan
pengajarannya:
1)
fase pembinaan ; dimaksudkan untuk memberikan
kesempatan agar terdidik memperoleh kemantapan iman
2)
Fase pendidikan : ditekankan pada ilmu- ilmu praktis
dengan maksud agar mereka dapat segera mengamalkan ajaran dan tuntunan agama
dengan sebaik- baiknya dalam kehidupan sehari- hari
3)
Fase pelajaran : ada pelajaran –pelajaran lain yang
diberikan untuk penunjang pemahaman terhadap Al-Quran dan Hadits, seperti
bahasa Arab dengan tata bahasanya, menulis, membaca,syair dan peribahasa.4
Pendidikan pada masa
khalifah Usman ini tidak banyak terjadi perkembangan, jika dibandingkan pada
masa Khalifah Umar bin Khattab. Hal ini disebabkan pada masa khalifah Usman
urusan pendidikan diserahkan begitu saja pada rakyat. Dari segi pemerintahan
khalifah Usman banyak timbul pergolakan dalam masyarakat sebagai akibat
ketidaksenangan mereka terhadap kebijakan khalifah Usman yang mengangkat kerabatnya
dalam jabatan pemerintahan
Ali bin Abi Thalib adalah orang yang paling awal
memeluk agama Islam (assabiqunal awwalun), sepupu Rasullullah Saw., dan juga
khalifah terakhir dalam kekhalifahan Kulafaur Rasyidin menurut pandangan Sunni.
Namun bagi Islam Syiah, Ali adalah khalifah pertama dan juga imam pertama dari
12 imam Syiah. Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada
tanggal 13 Rajab. Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya
kenabian Muhammad, sekitar tahun 600 Masehi. Beliau bernama asli Haydar bin Abu
Thalib. Namun Rasullullah Saw. tidak menyukainya dan memanggilnya Ali yang
berarti memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah
Ketika Rasullullah Saw. mulai menyebarkan Islam, Ali saat itu berusia 10 tahun. Namun ia mempercayai Rasullullah Saw. dan menjadi orang yang pertama masuk Islam dari golongan anak-anak. Masa remajanya banyak dihabiskan untuk belajar bersama Rasullullah sehingga Ali tumbuh menjadi pemuda cerdas, berani, dan bijak. Jika Rasullullah Saw. adalah gudang ilmu, maka Ali ibarat kunci untuk membuka gudang tersebut. Saat Rasullullah Saw. hijrah, beliau menggantikan Rasullullah tidur di tempat tidurnya sehingga orang-orang Quraisy yang hendak membunuh Nabi terpedaya. Setelah masa hijrah dan tinggal di Madinah, Ali dinikahkan Nabi dengan putri kesayangannya Fatimah az-Zahra.Ali tidak hanya tumbuh menjadi pemuda cerdas, namun juga berani dalam medan perang. Bersama Dzulfikar, pedangnya, Ali banyak berjasa membawa kemenangan di berbagai medan perang seperti Perang Badar, Perang Khandaq, dan Perang Khaibar.
Ketika Rasullullah Saw. mulai menyebarkan Islam, Ali saat itu berusia 10 tahun. Namun ia mempercayai Rasullullah Saw. dan menjadi orang yang pertama masuk Islam dari golongan anak-anak. Masa remajanya banyak dihabiskan untuk belajar bersama Rasullullah sehingga Ali tumbuh menjadi pemuda cerdas, berani, dan bijak. Jika Rasullullah Saw. adalah gudang ilmu, maka Ali ibarat kunci untuk membuka gudang tersebut. Saat Rasullullah Saw. hijrah, beliau menggantikan Rasullullah tidur di tempat tidurnya sehingga orang-orang Quraisy yang hendak membunuh Nabi terpedaya. Setelah masa hijrah dan tinggal di Madinah, Ali dinikahkan Nabi dengan putri kesayangannya Fatimah az-Zahra.Ali tidak hanya tumbuh menjadi pemuda cerdas, namun juga berani dalam medan perang. Bersama Dzulfikar, pedangnya, Ali banyak berjasa membawa kemenangan di berbagai medan perang seperti Perang Badar, Perang Khandaq, dan Perang Khaibar.
Ali adalah khalifah
yang keempat setelah Usman bin Affan. Pada masa pemerintahannya sudah diguncang
peperangan dengan Aisyah ( istri Nabi) beserta Talhah dan Abdullah bin Zubair
karena kesalahfahaman dalam menyikapi pembunuhan terhadap Usman,peperangan
diantara mereka di sebut perang Jamal ( unta ) karena Aisyah menggunakan
kendaraan unta. Setelah berhasil mengatasi pemberontakan Aisyah, muncul
pemberontakan lain, sehingga masa kekuasaan khalifah Ali tidak pernah mendapatkan
ketenangan dan kedamaian.
Muawiyah sebagai
gubernur di Damaskus memberontak untuk menggulingkan kekuasaannya. Peperangan
ini disebut perang Shiffin, karena terjadi di Shiffin. Ketika tentara Muawiyah
terdesak oleh pasukan Ali, maka Muawiyah segera mengambil siasat untuk
menyatakan tahkim ( penyelesaian secara adil dan damai ). Semula Ali menolak,
tetapi karena desakan dari beberapa tentaranya akhirnya Ali menerimanya, namun
tahkim malah menimbulkan kekacauan, sebab Muawiyah curang, dengan tahkim
tersebut, Muawiyah berhasil mengalahkan Ali dan mendirikan pemerintahan
tandingan di Damaskus. Sementara itu, sebagian tentara yang menentang keputusan
Alidengan cara tahkim , meninggalkan Ali dan membuat kelompok tersendiri yaitu
khawarij.
Pada masa khalifah Ali ini terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa ini, kegiatan pendidikan Islam mendapat hambatan dan gangguan. Pada saat itu khalifah Ali bin Abi Thalib tidak lagi memikirkan masaalah pendidikan karena seluruh perhatiannya ditumpahkan pada pada masalah keamanan dan kedamaian bagi masyarakat Islam. Dengan demikian masalah pola pendidikan pada masa Khulafaur Rasyidin tidak jauh berbeda dengan masa Nabi yang menekan pada pengajaran baca tulis dan ajaran –ajaran Islam yang bersumber pada Al- Qur’an dan Hadits Nabi.
Pada masa khalifah Ali ini terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa ini, kegiatan pendidikan Islam mendapat hambatan dan gangguan. Pada saat itu khalifah Ali bin Abi Thalib tidak lagi memikirkan masaalah pendidikan karena seluruh perhatiannya ditumpahkan pada pada masalah keamanan dan kedamaian bagi masyarakat Islam. Dengan demikian masalah pola pendidikan pada masa Khulafaur Rasyidin tidak jauh berbeda dengan masa Nabi yang menekan pada pengajaran baca tulis dan ajaran –ajaran Islam yang bersumber pada Al- Qur’an dan Hadits Nabi.
Pusat – Pusat
Pendidikan Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Pusat-pusat pendidikan pada masa Khulafaur rasyidin antara lain:
Pusat-pusat pendidikan pada masa Khulafaur rasyidin antara lain:
1)
Mekkah. Gurupertama di Mekkah adalah Muaz bin Jabbal
yang mengajarkan Al-Qur’an dan Fikih
2)
Madinah. Sahabat yang terkenal antara lain Abu
Bakar, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan sahabat- sahabat lainnya.
3)
Basrah. Sahabat yang termasyhurantara lain Abu Musa
Al Asy’ari, seorang ahli fikih dan Al-Qur’an
4)
Kuffah. Sahabat- sahabat yang termasyhur disini
adalah Ali bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Mas’ud yang mengajarkan Al-Qur’an
ia adalah ahli tafsir, hadits, dan fikih.
5)
Damsyik (Syam) sahabat yang mengajarkan ilmu disana
adalah Mu’az bin Jaba (di
Palestina), Ubaidillah (di Hims), dan
Abu Darda’(di Damsyik).
6)
Mesir Sahabat
yang mula-mula mendirikan madrasah dan menjadi guru di Mesir adalah Abdullah
bin Amru bin Ash, ia adalah seorang ahli hadits.
PENUTUP
Pola pendidikan Islam
pada masa Khalifah Abu Bakar sama dengan pola yang diterapkan pada masa
Rosulullah baik dari segi materi ( keimanan, akhlak, dan kesehatan ) maupun dari
segi lembaganya ( kuttab )
Pada masa khalifah Umar
bin Khattab pendidikan Islam sudah lebih meningkatdiman apada masa ini khalifah
Umar sudah mengangkat guru-guru dan digaji untuk mengajar ke daerah-daerah yang
baru ditaklukkan.
Pola pendidikan Islam pada masa khalifah Usman bin Affan diserahkan sepenuhnya pada rakyat dan sahabat tidak hanya terfokus di Madinah saja, tetapi sudah boleh mengajar ke daerah- daerah lain.
Pola pendidikan Islam pada masa khalifah Usman bin Affan diserahkan sepenuhnya pada rakyat dan sahabat tidak hanya terfokus di Madinah saja, tetapi sudah boleh mengajar ke daerah- daerah lain.
Pola pendidikan Islam
pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib kurang diperhatikan, hal ini dikarenakan
pemerintahan Ali yang selalu dilanda konflik yang berujung pada kekacauan.
Majunya pendidikan islam pada saat tu merupakan
upaya-upya yang dilakukan para cendikiawan muslim untuk memajukan umat Islam
tentunya, yang saat ini masih dapat dirasakan keberadaannya. Untuk itu
sebagai seorang peljar hendaknya mampu menggali potensi-potensi yang telah
dimiliki, dengan mempelajari ilmu-ulmi pengetahuan yang berguna tentunya, untuk
mencapai ridha illahi dan mampu untuk memajukan pendidikan Islam sebagaimana
yang telah dilakukan oleh para pendahulu-pendahulu kita. Pengetahuan yang telah
dikembangkan sebagai hasil perkembangan pemikiran dan ilmiah dikalangan kaum
muslimin pada masa jayanya, harus mampu untuk dipelajari sebagai bekal kita
untuk mengembangkan serta memajukan pendidikan Islam. Semoga apa yang telah
dilakukan cendikiawan-cendikiawan muslim terdahulu seagai upaya yang telah
dilakukan untuk memajukan pendidikan Islam dapat menjadi motivasi bagi para
pelajar untuk lebih giat belajar dan mampu meningkatkan prestasinya, bagi
pendidikan Islam.
Nizar, Samsul, Dr., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 1997
Thohir, Ajid., Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004
Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta : Pustaka Al-Husna, 1990
2 Samsul
Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, 2009, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, hlm.
47.